TUGAS
MATA KULIAH
ANTROPOLOGI
SOSIAL
STUDI ORANG EROPA TENTANG ORANG
PRIMITIF
Dosen
Pengampu : Nur Dewi Setyowati,
S.Sos, M.Si.
Disusun oleh :
ARINDA PRAMESTI R. C 1632010017
WAHYUDI HARI S. 1632010012
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN POLITIK
PRODI
ILMU KOMUNIKASI
MADIUN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Antropologi suatu cabang
ilmu sosial yang diketahui orang banyak sebagai ilmu yang mempelajari tentang
kebudayaan. Padahal antropologi itu tidak hanya memepelajari atau membahas
mengenai kebudayaan saja. Dalam antropologi pun banyak membahas mengenai fisik,
kemasyarakatan, dan tentu saja kebudayaan.Antropologi juga merupakan salah satu
cabang ilmu sosial yang mengambil fokus pada studi tentang manusia dan perilaku
kebudayaannya. Sebagai disiplin baru yang muncul pada paruh kedua abad ke 20,
antropologi menggelar studinya untuk menguak manusia berikut periaku social
budayanya sejak awal mula muncul di muka bumi hingga pernik budaya manusia di
masa kini. Karenanya, studi-studi antropologi sangat lekat dengan kerja-kerja
riset terhadap situs-situs budaya dan penelitian berbasis riset lapang.
Antropologi memiliki
arti penting bagi para intelektual dan aktivis dalam memahami realitas sosial
kekinian dalam lanskap kebudayaan manusia. Mempelajari antropologi sama halnya
dengan mempelajari posisi diri dalam persilangan kebudayaan dan sistem nilai
yang ada disekitarnya. Dalam pemahaman inilah sebenarnya mempelajari
antropologi sama halnya menisbatkan diri menjadi seorang peneliti atas dirinya
sendiri dimana dia berpijak. Dengan demikian, menjadi seorang etnografer atau
seorang antropog sebenarnya tidak harus melalui satu fase pendidikan formal
yang ketat dan panjang. Ketika kita mengambil posisi sadar bahwa hidup adalah
menjadi seorang yang selalu sadar dan ”membaca” realitas yang ada dan kritis
dalam penelusuran atas realitas sekitar secara jeli dan kritis, maka siapapun
bisa memulai hidup sebagai seorang peneliti atau antropolog.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
pendekatan orang eropa terhadap orang primitif?
2.
Bagaimana
pola hubungan struktural antropologi?
C.
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
studi orang eropa tentang orang primitif.
2. Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Antropologi Sosial.
D.
Manfaat Penulisan
Diharapkan makalah ini
dapat memberikan informasi lebih lanjut mengenai Antropologi Sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
ANTROPOLOGI
Antropologi adalah
salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang budaya
masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal
dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat
istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa.
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti manusia, dan logos yang berarti ilmu. Antropologi
mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Para
ahli mendefinisikan antropologi sebagai berikut:
1.
William A. Haviland Antropologi adalah studi
tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang
manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang
keanekaragaman manusia.
2.
David Hunter Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang
tidak terbatas tentang umat manusia.
3.
Koentjaraningrat Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada
umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat
serta kebudayaan yang dihasilkan.
B. FASE
PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI
1. Fase Pertama
Sekitar abad ke-15–16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi
dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak
menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah
petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun
jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan
suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut.
Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal
dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.
Bahan etnografi itu menarik perhatian
pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa
Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah,
menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan
seluruh himpunan bahan etnografi.
2. Fase Kedua
Pada fase ini, bahan-bahan etnografi
tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat
dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang
lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsaprimitif yang tertinggal, dan menganggap Eropa
sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya
Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan
kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang
tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia
3. Fase
Ketiga
Pada
fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan
Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala
seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang
kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain. Dalam
menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari
kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk itulah mereka mulai mempelajari
bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari
kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial.
4.
Fase Keempat
Pada fase ini, Antropologi berkembang
secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli yang di jajah bangsa
Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa. Pada masa ini
pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini membawa banyak perubahan
dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar negara-negara di dunia
kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan
sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung. Namun pada saat itu juga, muncul
semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk
keluar dari belenggu penjajahan. Namun banyak masyarakatnya yang masih memendam
dendam terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun. Proses-proses
perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi ditujukan
kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di
daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.
C. PENDEKATAN
ORANG EROPA TERHADAP ORANG PRIMITIF
Beberapa Orang eropa menganggap
bahwa bangsa-bangsa asing itu bukan manusia sebenarnya melainkan keturunan
iblis. Kemudian munculah istilah primitives untuk menyebut
bangsa asing tersebut. Beberapa orang eropa memandang
bahwa bangsa-bangsa asing tadi adalah contoh dari masyarakat yang masih murni (belum kemasukan kejahatan dan keburukan). Beberapa orang eropa justru tertarik akan kebudayaan
bangsa-bangsa asing.
Pendekatan yang
digunakan dalam antropologi menggunanakan pendekatan kuantitatif (positivstik)
dan kualitatif (naturalistik). Artinya , dalam penelitian antropologi dapat
dilakukan melalui pengkajian secara statistik-matematis, baik dilakukan untuk
mengukur pengaruh maupun korelasi antarvariabel penelitian, maupun dilakukan secara
kualitatif-naturalistik.
Selain pendekatan positivistik dan naturalistik, menurut Kapplan dan Manners
(1999:6) dalam antropologi pun dikenal pendekatan relativisitik dan komparatif
. pendekatan relativisitik memandang bahwa setiap
kebudayaan merupakan konfigurasi unik yang memiliki cita rasa khas,gaya,serta
kemampuan tersendiri. Keunikan itu sering dinyatakan dengan dukungan maupum
tanpa dukungan bukti serta tidak banyak upaya membalas atau menjelaskannya.
Sedangkan kaum komparativ berpendapat bahwa suatu institusi, proses, kompleks, atau ihwal sesuatu hal
, haruslah terlebih dahulu dicopot dari matriks budaya yang lebih besar dengan
cara tertentu sehingga dapat dibandingkan dengan institusi,proses,kompleks atau
ihwal-ihwal dalam konteks lain. Adanya relativitas yang ekstrem, berangkat dari
anggapan-anggapan bahwa tidak ada dua budaya pun yang sama, pola,tatanan, dan
makna akan dipaksakan jika elemen-elemen diabstraksikan demi perbandingan, oleh
karena itu, perbandingan bagian-bagian yang telah diabstraksikan dari suatu
keutuhan , tidaklah dapat dipertahankan secara analitis.
Namun, karena pemahaman tentang ketidaksamaan itu bersumber dari perbandingan,
maka tidak dapat kita katakan bahwa pendekatan relativisik itu tidak memiliki
titik temu dengan pendekatan komparatif. Titik temu kedua pendekatan tersebut
terletak pada pasal tidak diizinkanya pemaksaan. Terutama soal-soal yang
berkaitan dengan ideologi,minat, dan tekanan yang menimbulkan keragaman
pendekatan metodologis tersebut. Sebab komparatif dan relativus sama-sama
mengetahui bahwa tidak ada dua budayapun yang sama persis. Sungguhpun demikian,
mereka berbeda satu sama lain. Perbedaan itu paling tidak dua hal penting, yaitu
walaupun para komparativis mengakui bahwa semua bagian suatu budaya nisyaya ada
unsur perbedaannya, tetapi mereka percaya dan menekankan pada unsur
persamaannya yang saling berkaitan secara fungsional, sebaliknya kaum relativis
sangat menekankan masalah-masalah perbedaan dibanding komparativis.
D. POLA
HUBUNGAN STRUKTURAL
Orang
Primitif pada dasarnya dipimpin oleh satu kepala suku yang memimpin seluruh
desa, dan masyarakat desa wajib tunduk dan ikut perintah Sang Kepala Suku.
Contohnya adalah Masyarakat Asmat di Indonesia. Di setiap kampung yang didirikan di wilayah masyarakat Asmat,
terdapat satu rumah panjang yang
merupakan semacam balai desa dimana para warga kampung berkumpul membicarakan
masalah-masalah yang menyangkut kepentingan seluruh warga. Rumah bujang terdiri 2 bagian utama yang tiap bagian
dinamakan aipmu, yang dimana masing-masingnya dipimpin oleh kepala aipmu.
Sedangkan kepemimpinan Je secara keseluruhan dipimpin oleh kepala Je. Kepala Je
adalah orang yang diakui kekuasaannya berdasarkan kemampuan-kemampuan yang
menonjol. Kedudukan kepala Je, tidak harus diberikan kepada orang yang paling
tua, sehingga mungkin ada kekosongan pimpinan sebelum kepala baru terpilih.
Seringkali kepala Aipmu adalah kepala perang juga. Dia adalah orang yang
mampu mengatur dan merencanakan strategi-strategi penyerangan secara
besar-besaran dan meliputi satu kampung. Untuk dapat menggerakkan rakyatnya
maka kekerasan merupakan sifat utama dan sifat itulah yang membantu dalam
mempertahankan kekuasaannya. Kepala Aipmu dipilih berdasarkan kepribadian dan
keberhasilannya. Umur juga merupakan faktor penting. Pada umumnya, orang-orang
muda belum mempunyai bobot bila mereka belum berkeluarga dan membuktikan
keberaniannya dalam berperang. Dalam hal-hal tertentu , peranan pimpinan adat
dapat dijalankan orang-orang yang ahli dalam berbagai lapangan. Misalnya, ahli
bidang keagamaan memimpin upacara keagamaan, ahli menyanyi dan menabuh tifa
berperan dalam upacara adat, bahkan ahli kebatinan adakalanya memimpin suatu
upacara. Ada ahli lain yang sering dianggap lebih terhormat dibandingkan para
pemimpin lainnya oleh masyarakat Asmat, yaitu seniman pahat patung.
E. TUJUAN
DAN KEGUNAAN ANTROPOLOGI
Kerja
lapangan dalam antropologi, selama ini merupakan karya penyelamatan, di samping
sebagai upaya yang bersumber pada keprihatinan politis juga merupakan tindakan
yang didorong oleh minat pada suatu persoalan tertentu. Setiap antropolog yang
memulai penelitian lapangan perdananya, pada umumnya mencari suatu bangsa atau
kelompok yang belum pernah diteliti. Tujuannya adalah untuk memperluas arena
perbandingan disamping untuk merekam berbagai budaya sebelum budaya-budaya itu
lenyap. Mungkin jika antropologi mengikuti kebijaksanaan pengkajian ulang
secara lebih sistematis, khususnya dengan penelitian yang berbeda-beda untuk
objek yang sama, akumulasinya dapat individual yang kemudian akan cenderung
saling meredam subjektivitas sehingga membuahkan pemahaman yang lebih mendekati
objektivitas sebagai sesuatu kajian yang diangankan.
Antropologi merupakan
studi tentang umat manusia dan tidak hanya sebagai disiplin ilmu yang
bersifat akademis tetapi juga merupakan suatu cara hidup yang berusaha
menyampaikan kepada para siswa apa yang telah diketahui orang. Oleh karena itu,
kerja lapangan dalam antropologi sungguh-sungguh merupakan suatu inisiasi
karena menimbulkan suatu transformasi. Begitu pun dengan pengalaman karena memberi
kemungkinan-kemungkinan untuk pengungkapan diri (self expression) dan
cara hidup baru yang menuntut suatu penyesuaian baru kepada segala sesuatu.
Antropologi melalui pendekatan dan metode ilmiah berusaha menyusun sejumlah
generalisasi yang bermakna tentang manusia dan perilakunya dan untuk mendapat
pengertian yang tidak apriori serta prejudicetentang keanekaragaman
manusia. Kedua bidang besar dari antropologi adalah antropologi fisik dan
budaya. Antropologi fisik memusatkan perhatiannya pada manusia sebagai
organisme biologis yang tekanannya pada upaya melacak evolusi perkembangan
manusia dan mempelajari variasi-variasi biologis dalam species manusia.
Sedangkan antropologi budaya berusaha mempelajari manusia berdasarkan
kebudayaannya. Di mana kebudayaan dapat merupakan peraturan-peraturan
atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Di antara ilmu-ilmu sosial dan alamiah, antropologi memiliki kedudukan, tujuan
, dan manfaat yang unik karena bertujuan dan bermanfaat dalam merumuskan
penjelasan-penjelasan tentang perilaku manusia yang didasarkan pada studi atas
semua aspek biologis manusia dan perilakunya di semua masyarakat.
Selain itu, antropologi bermaksud mempelajari umat manusia secara objektif
paling tidak mendekati objektif dan sistematis. Seorang antropologi dituntut
harus mampu menggunakan metode-metode yang mungkin juga diguanakan oleh para
ilmuwan lain dengan mengembangkan hipotesis atau penjelasan yang dianggap benar
menggunakan data lain untuk mengujinya, dan akhirnya menemukan suatu teori,
yaitu suatu sistem hipotesis yang telah teruji. Sedangkan data yang digunakan
ahli antropologi dapat berupa data dari suatu masyarakat atau studi komparatif
di antara sejumlah besar masyarakat.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Antropologi adalah
studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat
tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap
tentang keanekaragaman manusia. Beberapa Orang eropa menganggap bahwa bangsa-bangsa
asing itu bukan manusia sebenarnya melainkan keturunan iblis. Kemudian munculah
istilah primitives untuk menyebut bangsa asing tersebut. Beberapa orang eropa memandang bahwa bangsa-bangsa
asing tadi adalah contoh dari masyarakat yang masih murni. Orang Primitif pada dasarnya dipimpin oleh
satu kepala suku yang memimpin seluruh desa, dan masyarakat desa wajib tunduk
dan ikut perintah Sang Kepala Suku. Tujuannya adalah untuk
memperluas arena perbandingan disamping untuk merekam berbagai budaya sebelum
budaya-budaya itu lenyap.
B. SARAN
Demikianlah yang dapat kami sampaikan
mengenai materi yang menjadi bahasan dalam
makalah ini, tentunya banyak kelemahan dan kekurangan karena terbatasnya
pengetahuan, kurangnya rujukan dan referensi yang kami peroleh hubungannya
dengan makalah ini. Penulis berharap, pembaca berkenan memberikan kritik dan
saran yang membangun demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini berguna
bagi penulis pada khususnya dan pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Rifal Nurkholiq, “MAKALAH PENGANTAR ANTROPOLOGI http://www.rifalnurkholiq.com/2015/09/makalah-pengantar-ilmu-antropologi.html.
(Diakses pada 19 september 2015, pukul 8.05 WIB)
Galeh Prabowo, “AZAS-AZAS DAN RUANG LINGKUP
Wulan Anggraeni, Makalah suku asmat, http://wulananggriani26.blogspot.co.id/2013/05/makalah-suku-asmat.html (Diakses pada Rabu, 1 Mei 2013 pukul 04.24)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar