Kamis, 24 November 2016

TUGAS MATA KULIAH
ANTROPOLOGI SOSIAL
MASJID KUNO KUNCEN




Dosen Pengampu         : Nur Dewi Setyowati, S.Sos, M.Si
Disusun oleh :


AJI SULISTYO                                          1632010005
ARINDA PRAMESTI R. C                        1632010017
BETSYBA MARISTIA E. S                      1632010013



FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
PRODI ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS  MERDEKA
MADIUN
2016









BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Cagar budaya adalah daerah kelestarian hidup masyarakat dan peri kehidupannya dilindungi oleh undang-undang dari bahaya kepunahan. Cagar budaya perlu dilestarikan karena cagar budaya memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, agama, dan kebudayaan melalui proses penetapan. Cagar budaya bersifat kebendaan berupa benda, bangunan, struktur, dan situs budaya.
     Masjid Kuno Kuncen adalah salah satu cagar budaya yang berada di Kota Madiun tepatnya terletak di Kelurahan Kuncen. Masjid Kuno Kuncen merupakan saksi bisu berdirinya Kota Madiun. Masjid ini didirikan oleh Pangeran Timur yang merupakan putra Sultan Trenggono atau adik ipar dari Sultan Hadiwijaya.

B.       Rumusan Masalah

1.      Bagaimana Sejarah berdirinya Masjid Kuno Kuncen?
2.      Apa saja situs sejarah yang terdapat di Masjid Kuno Kuncen?

C.       Tujuan Penulisan

1.    Untuk mengetahui  lebih lanjut mengenai Cagar Budaya Masjid Kuno Kuncen.
2.    Untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropologi Sosial.


D.  Manfaat Penulisan
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi lebih lanjut mengenai situs budaya dan situs sejarah Masjid Kuno Kuncen.





















BAB II
PEMBAHASAN


A.          SEJARAH  BERDIRINYA MASJID KUNO KUNCEN


Masjid Kuno Kuncen atau Masjid Nur Hidayatulloh adalah masjid kedua tertua di wilayah Madiun setelah Masjid Kuno Taman. Masjid ini merupakan salah satu bukti asal usul berdirinya Madiun. Masjid ini didirikan oleh Pangeran Timur yang merupakan putra Sultan Trenggono atau adik ipar dari Sultan Hadiwijaya. Beberapa orang disekitar masjid dan juru kunci beranggapan sejarah berdirinya Masjid Kuno Kuncen diawali dari adanya perang saudara yang terjadi di Kerajaan Demak yang dimenangkan oleh Mas Karebet atau Joko Tingkir.

Joko Tingkir yang berkuasa bermaksud untuk memindahkan pusat pemerintahan dari Demak untuk bersatudengan Kerajaan Pajang, karena tidak setuju dengan keputusan Joko Tingkir akhirnya Pangeran Timur memutuskan untuk pergi ke wilayah Timur dan menyebarkan ajaran agama Islam. Hingga suatu saat, Pangeran Timur yang melakukan perjalanan ke wilayah Timur bertemu dengan seorang kyai, lalu beberapa waktu kemudian Pangeran Timur dan seorang kyai tersebut sepakat untuk membuat sebuah pemerintahan yang berpusat di wilayah Sogaten yang menjadikan Pangeran Timur sebagai Bupati Madiun pertamapada tanggal 18 Juli 1568 dengan nama lain Panembahan Rama atau Ki Ageng Panembahan Ronggo Jumeno. Karena dengan berbagai pertimbangan akhirnya pada tahun 1575 Pangeran Timur selaku Bupati memindahkan pusat pemerintahan dari daerah Sogaten ke daerah Wonorejo (sekarang Kuncen).

 Disamping menjadi Bupati, Pangeran Timur juga membawa misi untuk menyebarkan agama Islam di daerah Madiun. Tujuannya, tugas pemerintahan dan penyebaran agama Islam dapat selalu beriringan maka Pangeran Timur dan seorang kyai setuju untuk membuat sebuah masjid di daerah Kuncen sebagai pusat penyebaran agama Islam dan pusat pemerintahan. Jadi memang patut diduga bahwa  Masjid Kuno Kuncen tersebut berdiri setelah tahun 1575 atau akhir abad XVI. Karena masjid ini masih belum mempunyai nama karena memang tidak adanya sumber tertulis tentang pendirian masjid ini, maka orang – orang lebih sering menyebut Masjid Kuno Kuncen. Karena letak dari masjid ini yang berada di Kelurahan Kuncen. Hingga pada tahun 1970 warga sekitar sepakat untuk merubah nama menjadi Masjid Nur Hidayatulloh.

Meski telah berubah nama  sampai sekarang orang – orang lebih sering menyebutnya Masjid Kuno Kuncen, selain merubah nama masjid warga sekitar juga memindahkan tata letak Masjid Kuno Kuncen karena dianggap kurang strategis yang semula berada disamping Selatan (sekarang makam umum kuncen). Makam Pangeran Timur dipindah ke sebelah Timur makam agar dapat mudah dijangkau oleh semua warga atau musafir. Selain makam Pangeran Timur sebagai Bupati pertama yang berada disamping masjid juga terdapat makam Bupati Madiun lainnya seperti makam Raden Mas Bagus Petak (Bupati Madiun ke-6), makam Adipati Kenitren Martoloyo (Bupati Madiun ke-7), makam Pangeran Adipati Balitar (Bupati Madiun ke-8), makam Pangeran Tumenggung Balitar Tumapel (Bupati Madiun ke-9).



B.          SITUS SEJARAH MASJID KUNO KUNCEN


Masjid Kuno Kuncen merupakan situs Budaya yang terletak di Kelurahan Kuncen Kota Madiun. Ada beberapa situs sejarah dari Masjid Kuno Kuncen seperti :

1.      Puncet


Berfungsi sebagai tanda datangnya waktu sholat dengan cara melihat bayangan yang ditimbulkan dari cahaya sinar matahari.



2.      Gentong

         


Berfungsi sebagai wadah air minum para jamaah Masjid pada waktu itu.


Selain situs sejarah Masjid Kuno Kuncen juga terdapat lima makam para  Bupati terdahulu Madiun. Berikut ini adalah kelima makam tersebut :

1.             Ki Ageng Panembahan Ronggo Jumeno (Pangeran Timur)

  



Ki Ageng Panembahan Ronggo Jumeno (Pangeran Timur) adalah Bupati Madiun Pertama (1568-1586). Beliau dimakamkan di pemakaman  Kuncen  Kota  Madiun. Pangeran Timur adalah putra dari Raja Demak, Sultan Trenggono. Ayah dari Pangeran Timur adalah Raja ketiga kesultanan Demak yang memerintah pada tahun 1521-1546.


2.                          R. Mas Bagus Petak (Mangkunegoro I)




R. Mas Bagus Petak adalah Bupati Madiun ke-enam (1601-1613). Beliau putra dari Pangeran Singasari atau Raden Santri yang berasal dari Kerajaan Mataram.


3.                          Adipati Martoloyo (Mangkunegoro II)



   












Adipati Martoloyo adalah Bupati Madiun ke-tujuh (1613-1645). Beliau putra dari Kanjeng Panembahan Senopati atau Sutowijoyo (Raden Bagus Sutawijaya).



4.                          Adipati Balitar / Kiai Irodikromo (Mangkunegoro III)


 

Adipati Balitar / Kiai Irodikromo adalah Bupati Madiun ke-delapan (1645-1677). Beliau putra dari Ki Ageng Panembahan Djuminah atau Pangeran Adipati Djuminah Petak.


5.                          P. Tumenggung Balitar Tumapel (Mangkunegoro IV)





P. Tumenggung Balitar Tumapel adalah Bupati Madiun ke-sembilan  (1677-1703). Beliau putra dari Adipati Balitar / Kiai Irodikromo tidak lain adalah Bupati ke-delapan Madiun.






BAB III
PENUTUP

A.      KESIMPULAN

Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat ataupun di air yang mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya , struktur budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu.
          Masjid Kuno Kuncen atau Masjid Nur Hidayatulloh adalah masjid kedua tertua di wilayah Madiun. Masjid ini merupakan salah satu bukti asal usul berdirinya Madiun. Masjid ini didirikan oleh Pangeran Timur yang merupakan putra Sultan Trenggono.
          Terdapat beberapa situs sejarah yaitu , Puncet dan Gentong. Selain itu terdapat makam Bupati Madiun terdahulu yakni, Ki Ageng Panembahan Ronggo Jumeno (Pangeran Timur) menjabat pada tahun 1568-1586, R. Mas Bagus Petak (Mangkunegoro I) menjabat pada tahun 1606-1613, Adipati Martoloyo (Mangkunegoro II) menjabat pada tahun 1613-1645, Adipati Balitar/ Kiai Irodikromo (Mangkunegoro III) menjabat pada tahun 1645-1677, dan yang terakhir P. Tumenggung Balitar Tumapel (Mangkunegoro IV) menjabat pada tahun 1677-1703.

B.       SARAN
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam  makalah ini, tentunya banyak kelemahan dan kekurangan karenaterbatasnya pengetahuan, kurangnya rujukan dan referensi yang kami peroleh hubungannya denganmakalah ini. Penulis berharap, pembaca berkenan memberikan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya makalahini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.













DAFTAR PUSTAKA

Wawancara dengan Juru Kunci Masjid Kuno Kuncen dan komplek Makam para Bupati Madiun terdahulu (Bpk. Siamunir)

Kemdikbud, Cagar Budaya.
(diakses pada 21 November 2013, pukul 21.20)

Dias, Fitri. Masjid Kuno Kuncen.
(diakses pada 22 Oktober 2014)

Arif Wahyu Efendi. Jejak Pangeran Timur di Masjid Kuno Kuncen.
 (diakses pada Jumat, 17 Juni 2016 pukul 05.00 WIB)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar